×

Our award-winning reporting has moved

Context provides news and analysis on three of the world’s most critical issues:

climate change, the impact of technology on society, and inclusive economies.

Tangkap semuanya: aplikasi ala Pokemon dirancang untuk selamatkan hutan Indonesia

by Michael Taylor | @MickSTaylor | Thomson Reuters Foundation
Friday, 7 February 2020 13:05 GMT

Pengguna aplikasi permainan (game) ini mendapat skor dan status pada setiap level dengan mengkonfirmasi data satelit di lapangan

Oleh Michael Taylor

KUALA LUMPUR, 7 Februari (Thomson Reuters Foundation) – Aplikasi urun daya (crowdsourcing) asal Indonesia berupaya memanfaatkan gairah berkompetisi penggunanya dengan menciptakan game mirip Pokemon Go untuk membantu memetakan lahan di seantero Nusantara, sekaligus melindungi hutan dan penduduk asli, tutur penyelenggara Jumat lalu.

Aplikasi Urundata ini menggunakan citra satelit yang tersedia untuk umum dalam menciptakan permainan di mana pengguna harus mengunjungi suatu wilayah dan menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana mengenai tipe lahan yang mereka temukan dan penggunaannya. Misalnya, perkebunan, hutan alam atau semak belukar.

Berawal dari proyek percontohan April tahun lalu di Sumatra Selatan dan Kalimantan Timur—dengan bantuan lebih dari 600 siswa—aplikasi telepon pintar ini diluncurkan untuk pengguna di seluruh Nusantara pada November dan rencananya akan berakhir Maret tahun ini.

“Anda bisa pilih lokasi yang menarik—[aplikasi] ini bisa dibilang game karena Anda mengumpulkan skor ketika menjawab pertanyaan,” ujar Ping Yowargana, koordinator proyek lahan RESTORE+ yang meluncurkan aplikasi tersebut.

“Pengguna dapat berkompetisi, mereka bisa mengganti status dari ‘relawan’ menjadi ‘pejuang’ data—kemudian membaginya di media sosial,” lanjut Yowargana yang berdomisili di Wina dan bekerja untuk organisasi yang didukung pemerintah Jerman dengan tujuan memulihkan lahan rusak di Indonesia dan Brazil.

Sebagai negara dengan luas hutan tropis terbesar ketiga di dunia, Indonesia dirundung masalah penebangan hutan, sementara konflik lahan antara pengembang dan penduduk asli masih kerap terjadi.

Di sisi lain, teknologi semakin banyak digunakan sebagai alat utama dalam membendung perusakan hutan Indonesia yang terbilang sangat luas, dan dipandang penting dalam perjuangan melawan perubahan iklim karena peran pepohonan sebagai penyimpan karbon yang dapat menaikkan suhu bumi.

Akhir tahun lalu, sepuluh perusahaan sawit terbesar bekerja sama membentuk sistem radar baru untuk memonitor hutan, sementara raksasa industri bubur kayu (pulp) dan kertas Asia juga makin banyak menggunakan teknologi.

Aplikasi Urundata didukung lembaga kajian yang berbasis di Amerika Serikat World Resources Institute (WRI), grup riset World Agroforestry Centre yang berbasis di Nairobi dan World Wildlife Fund for Nature (WWF).

Dalam beberapa aspek, aplikasi tersebut “sangat mirip dengan Pokemon Go,” Yowargana menjelaskan. “Kami berusaha membuatnya seru.”

“[Aplikasi] ini jadi cara yang baik untuk belajar dan memahami lanskap dengan metode yang sangat berbeda dengan di kelas atau lewat halaman Wikipedia,” dia menambahkan.

‘DUKUNG KETERBUKAAN’

Menentukan detail lapangan berdasarkan citra satelit biasanya dilakukan peneliti atau pakar dan bisa menyita banyak tenaga dan biaya, juru bicara WRI Indonesia mengatakan.

“Harapannya, dengan membuat proyek urun daya untuk kegiatan ini, alih-alih pengamatan dilakukan oleh hanya satu ahli … kami bisa melakukannya dengan cara berbeda yang memungkinkan banyak orang untuk melihat data yang sama,” kata Yowargana.

Untuk mencegah penyalahgunaan aplikasi yang dapat memengaruhi hasil, jawaban dari beberapa pengguna di lahan yang sama akan dibandingkan untuk mencapai konsensus, Yowargana menambahkan.

Data yang dikumpulkan aplikasi Urundata akan tersedia dan terbuka untuk publik di situs organisasi tersebut.

Para pendukung proyek ini berharap situs Urundata dapat meningkatkan upaya restorasi lahan oleh pemerintah dan peneliti, memungkinkan pihak yang berwenang untuk melindungi hutan dan penduduk asli dengan lebih baik, serta membantu dunia usaha mengidentifikasi dan mengembangkan lahan secara berkelanjutan.

Proyek ini juga akan membantu ketersediaan lebih banyak data untuk “mereka yang membutuhkan,” termasuk kelompok-kelompok penduduk asli, ujar Yowargana.

Setelah merampungkan proyek pemetaan yang tengah berjalan, aplikasi Urundata dapat digunakan untuk upaya-upaya lainnya, seperti mengamati dampak infrastruktur atau perubahaan penggunaan lahan.

(Liputan oleh Michael Taylor @MickSTaylor; disunting oleh Megan Rowling. Dalam mengutip artikel ini, harap cantumkan Thomson Reuters Foundation, divisi nirlaba Thomson Reuters, yang mengulas berita kemanusiaan, perempuan, dan hak-hak LGBT+, perdagangan manusia, hak cipta, dan perubahan iklim. Kunjungi kami di: http://news.trust.org)

Standar Kami: The Thomson Reuters Trust Principles.

 

Our Standards: The Thomson Reuters Trust Principles.

-->