×

Our award-winning reporting has moved

Context provides news and analysis on three of the world’s most critical issues:

climate change, the impact of technology on society, and inclusive economies.

PepsiCo terapkan aturan lingkungan lebih ketat untuk minyak sawit dalam produknya

by Michael Taylor | @MickSTaylor | Thomson Reuters Foundation
Tuesday, 25 February 2020 13:50 GMT

FILE FOTO: Benih kelapa sawit di perkebunan di Pulau Carey, Malaysia, 31 Januari, 2020. REUTERS/Lim Huey Teng

Image Caption and Rights Information

Pertama kalinya dalam industri barang konsumsi, kebijakan anti-deforestasi akan diterapkan terhadap mitra usaha perusahaan multinasional ini.

Oleh Michael Taylor

KUALA LUMPUR, 25 Februari (Thomson Reuters Foundation) — Raksasa industri makanan dan minuman asal Amerika Serikat (AS) PepsiCo Inc. pada Selasa lalu menyatakan bahwa perusahaan tersebut akan menerapkan aturan lebih ketat terhadap minyak sawit yang digunakan dalam produknya—termasuk melakukan pelarangan yang berlaku surut untuk kerja sama dengan perusahaan yang terlibat penebangan hutan. Aturan tersebut juga akan diberlakukan pada mitra usaha mereka.

Pertama kalinya dalam industri barang konsumsi, kebijakan lebih ketat akan diterapkan terhadap perusahaan-perusahaan yang berpatungan (joint venture) dengan PepsiCo, seperti produsen makanan Indofood, tutur beberapa pakar kehutanan.

Minyak sawit adalah minyak pangan yang paling banyak digunakan di dunia. Minyak ini dapat ditemukan dalam berbagai produk, mulai dari margarin, sereal sarapan dan sabun.

Produksi minyak sawit mendapat sorotan beberapa tahun terakhir dari aktivis lingkungan dan konsumen yang menyatakan bahwa industri ini bertanggung jawab atas penebangan hutan, kebakaran dan eksploitasi pekerja.

Sebagai pembeli utama minyak sawit di tingkat internasional, kebijakan baru PepsiCo akan memperkuat komitmen perusahaan ini untuk melindungi, memulihkan dan memonitor hutan serta lahan gambut.

PepsiCo berjanji tidak akan membeli minyak sawit dari pemasok yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam penebangan hutan selama empat tahun terakhir.

Perusahaan multinasional ini juga meluncurkan inisiatif untuk menghentikan pelanggaran hak asasi manusia terhadap pekerja perkebunan di lapangan.

Hasil penyelidikan kelompok lingkungan Rainforest Action Network (RAN) pada 2019 menunjukkan bahwa minyak sawit dari perkebunan ilegal di wilayah hutan hujan, yang merupakan habitat orang utan yang terancam punah, telah memasuki jaringan rantai pasok merek-merek ternama termasuk PepsiCo.

Selain sebagai pusat keanekaragaman hayati, hutan juga dianggap sebagai kunci dalam upaya menghentikan perubahan iklim karena menyimpan karbon yang dapat menaikkan suhu bumi.

RAN, yang menyoroti isu sumber minyak sawit untuk produsen besar makanan ringan sejak 2013, turut terlibat dalam merancang kebijakan baru PepsiCo.

Sementara perusahaan barang konsumsi lainnya telah menerapkan komitmen serupa terhadap pemasok minyak sawit, PepsiCo adalah merek besar pertama yang memperluas penerapan kebijakannya hingga mencakup mitra usaha dan bahkan perusahaan lain dalam kelompok mitra usaha mereka, tutur Robin Averbeck, direktur kampanye agribisnis RAN.

Artinya, perusahaan mana pun di seluruh dunia yang membuat produk PepsiCo dengan menggunakan minyak sawit, serta perusahaan perkebunan di grup usaha yang sama, harus mematuhi kebijakan ini, lanjut Averbeck.

Kebijakan baru PepsiCo ini menjadikan perusahaan tersebut sebagai “yang terdepan dalam industri ini” kata Averbeck.

Dalam pernyataan yang dikirim melalui email, PepsiCo menjelaskan bahwa tujuan perusahaan tersebut adalah menjamin “semua minyak sawit yang kami gunakan bebas dari penebangan hutan, pengembangan lahan gambut, dan eksploitasi manusia”.

“Pembaruan kebijakan dan pendekatan kami mencerminkan tekad kami untuk terus memberikan dampak positif terhadap sistem kelapa sawit berkelanjutan melalui kerja sama dengan sesama produsen, pemasok, lembaga sosial dan lainnya,” lanjut pernyataan tersebut.

Thomson Reuters Foundation telah menghubungi Indofood untuk meminta komentar, namun tidak ada tanggapan dari perusahaan tersebut.

Setelah menjadi target kampanye besar-besaran melawan penebangan hutan tropis, merek-merek global produk rumah tangga yang membeli dan menggunakan minyak sawit telah menandatangani kesepakatan pada 2010 untuk memastikan bahwa dalam sepuluh tahun pasokan yang mereka terima tidak lagi terlibat penebangan hutan.

Namun para pendukung komitmen tersebut—yang sayangnya tidak mengikat—termasuk PepsiCo, mengalami kesulitan dalam mencapai target karena kesepakatan tersebut menyerahkan penerapan pada masing-masing perusahaan tanpa proses pelaporan yang jelas, tutur asosiasi perusahaan barang konsumsi.

Perusahaan dan pembeli utama juga menerima kritikan dari regulator industri dan aktivis lingkungan karena tidak membeli minyak sawit bersertifikat ramah lingkungan dan etis dalam jumlah besar.

Aturan PepsiCo yang mengharuskan pemasok minyak sawit dan mitra bisnisnya bebas dari keterlibatan deforestasi sejak akhir 2015 dapat dilacak mundur melalui pengawasan satelit, kata Averbeck.

Dia mendesak PepsiCo untuk membuka kepada publik segala pengaduan mengenai rantai pasok agribisnis perusahaan tersebut. Averbeck juga menambahkan bahwa penerapan aturan yang baru harus diverifikasi secara independen.

“Jika [aturan] ini diterapkan dan PepsiCo melibatkan para pemain lain, dampaknya bisa sangat besar terhadap industri ini,” kata Averbeck pada Thomson Reuters Foundation.

 

(Liputan oleh Michael Taylor @MickSTaylor; disunting oleh Megan Rowling. Dalam mengutip artikel ini, harap cantumkan Thomson Reuters Foundation, divisi nirlaba Thomson Reuters yang mengangkat kehidupan orang-orang di berbagai penjuru dunia yang berjuang untuk hidup bebas dan adil. Kunjungi kami di: http://news.trust.org)

Standar kami: The Thomson Reuters Trust Principles.

Our Standards: The Thomson Reuters Trust Principles.

-->