×

Our award-winning reporting has moved

Context provides news and analysis on three of the world’s most critical issues:

climate change, the impact of technology on society, and inclusive economies.

Lima pohon atau secangkir kopi? Masyarakat pesisir terapkan urun dana untuk pelestarian bakau

by Michael Taylor | @MickSTaylor | Thomson Reuters Foundation
Tuesday, 7 April 2020 13:23 GMT

ARSIP FOTO: Kepala desa Matakin Bondien menunjuk tunas bakau yang tumbuh di lahan terbuka hasil penebangan hutan bakau di Pitas, Sabah, Malaysia, 6 Juli 2018. REUTERS/Edgar Su

Image Caption and Rights Information

Sebuah platform online dengan model rantai blok (blockchain) dapat mendorong penanaman hutan bakau di wilayah pesisir India dan Asia Tenggara.

Oleh Michael Taylor

 

KUALA LUMPUR, 7 April  (Thomson Reuters Foundation) — Bersediakah Anda merelakan secangkir kopi Anda untuk menanam bakau demi membantu masyarakat pesisir melawan perubahan iklim? Sebuah platform online yang berbasis di Singapura mengandalkan sumbangan urun dana (crowdsourcing) untuk proyek penanaman satu miliar pohon bakau sebelum 2025.

 

Global Mangrove Trust berencana meluncurkan aplikasi dan situs web dengan model rantai blok dalam enam bulan ke depan untuk mendanai proyek-proyek pemulihan lahan bakau di India dan Asia Tenggara.

 

Pengguna aplikasi dan situs dapat memilih proyek, dan ketika target dana telah tercapai, mereka bisa memantau perkembangan proyek tersebut melalui video, foto dan pembaruan data, serta memonitor gambaran pertumbuhan hutan melalui citra satelit dan algoritma.

 

“Kami memberikan kesempatan kepada siapa pun di seluruh dunia yang memiliki dana berlebih untuk menyisihkan [uang setara harga] secangkir kopi, yakni $5, untuk penanaman lima pohon bakau bersama komunitas pesisir,” tutur Ryan Merrill, direktur pelaksana lembaga pengelola dana tersebut.

 

Pohon-pohon tersebut, beserta peluang kerja dan upaya konservasi terkait, berpotensi menghasilkan “manfaat besar bagi [masyarakat] paling rentan,” Merrill menambahkan. Hutan bakau yang luasnya kurang dari 1% hutan tropis di dunia memiliki peran vital dalam kesejahteraan, ketahanan pangan dan perlindungan masyarakat pesisir, menurut United Nations Environment Programme (UNEP).

 

Hutan bakau melindungi garis pantai dari gempuran badai dan naiknya permukaan air laut, menyerap karbon—yang meningkatkan suhu bumi—dari atmosfer dan meningkatkan populasi ikan.

 

Namun hutan bakau mengalami laju kerusakan tiga sampai lima kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata hutan pada umumnya, dan lebih dari seperempat tutupan bakau di dunia telah musnah, UNEP menjelaskan.

 

Orang-orang di balik berbagai proyek pemulihan bakau telah menghubungi Global Mangrove Trust secara langsung untuk mengajukan permohonan dana melalui platform baru mereka yang dinamakan GROVE, sementara proyek lainnya didaftarkan dengan bantuan kelompok konservasi.

 

Proyek-proyek tersebut tersebar di sepanjang Teluk Benggala di Asia Selatan dan di Asia Tenggara, termasuk di Filipina, Malaysia dan Indonesia. Platform tersebut juga berencana menambahkan berbagai prakarsa konservasi bakau di Afrika, Amerika Utara dan Amerika Selatan. 

 

Dana GROVE nantinya juga akan memberikan imbalan bagi masyarakat yang memperbaiki, merawat dan memperluas hutan bakau secara berkelanjutan, jadi bukan berupa pembayaran sekali waktu. 

 

“Dalam sejarahnya sudah banyak proyek penanaman bakau dilaksanakan di tingkat masyarakat tetapi tiga tahun kemudian anakan-anakan bakau tersebut ditebang dan dijual sebagai kayu bakar,” tutur Merrill. 

 

Platform ini juga mendapatkan dukungan pakar dari Global Innovation Lab for Climate Finance yang berbasis di San Fransisco. Sejak 2014, organisasi ini telah mengembangkan dan meluncurkan 41 instrumen finansial inovatif untuk membantu mencapai sasaran-sasaran global dalam membendung perubahan iklim dengan menggalang sekitar $2 miliar investasi.  

 

Merrill mengatakan jika platform GROVE terbukti berhasil menggalang dana untuk pemulihan bakau, teknologi tersebut juga dapat digunakan untuk mendukung upaya perlindungan lingkungan lainnya. 

 

“Jika program ini berhasil untuk tanaman bakau, kemungkinan komunitas lain juga akan melihat bahwa platform piranti lunak ini berguna untuk diadaptasi dan diadopsi dalam penggalangan dana untuk hutan berbasis komunitas ... atau [inisiatif] penggunaan lahan dan konservasi habitat,” Merrill mengatakan kepada Thomson Reuters Foundation.

 

Artikel terkait:

Mangroves and climate change

OPINION: Urgent changes needed to save forests for the benefit of us all

Forest monitoring gets a boost from Japanese space agency data

 

(Liputan oleh Michael Taylor @MickSTaylor; disunting oleh Megan Rowling. Dalam mengutip harap cantumkan Thomson Reuters Foundation, divisi nirlaba Thomson Reuters, yang memgangkat kehidupan orang-orang di berbagai penjuru dunia yang berjuang untuk hidup bebas dan adil. Kunjungi kami di: http://news.trust.org)

 

Standar Kami: The Thomson Reuters Trust Principles.

Our Standards: The Thomson Reuters Trust Principles.

-->