×

Our award-winning reporting has moved

Context provides news and analysis on three of the world’s most critical issues:

climate change, the impact of technology on society, and inclusive economies.

Kawasan mangrove dapat punah pada 2050 akibat naiknya permukaan laut

by Michael Taylor | @MickSTaylor | Thomson Reuters Foundation
Friday, 5 June 2020 12:49 GMT

N'guessan Lalier, warga Grand Lahou, bersiap memasuki kawasan mangrove di laguna Tagba di Grand Lahou, di selatan Pantai Gading, 10 Agustus 2019. REUTERS/Luc Gnago

Image Caption and Rights Information

Kecuali terjadi penurunan emisi yang berpotensi mengubah iklim, hu

Oleh Michael Taylor

 

KUALA LUMPUR, 5 Juni (Thomson Reuters Foundation) – Kawasan mangrove mungkin tidak akan bertahan selepas 2050 jika laju kenaikan permukaan laut tetap seperti sekarang, para ilmuwan memperingatkan Jumat lalu, seraya mendesak tata ulang konservasi bakau yang vital bagi pertahanan pesisir.

Tim peneliti internasional menyimpulkan bahwa bakau akan berhenti tumbuh jika permukaan laut naik rata-rata 6 milimeter per tahun—atau lebih dari laju saat ini sebesar 4 milimeter per tahun.

“Mangrove adalah ekosistem paling efisien di bumi dalam hal penyimpanan karbon,” ujar Benjamin Horton, kepala Asian School of the Environment di Nanyang Technological University, Singapura.

“Kami sangat mengkhawatirkan efek tidak langsung” dari kenaikan permukaan laut, Horton mengatakan kepada Thomson Reuters Foundation.

Jika kawasan mangrove hilang akibat naiknya permukaan laut, “artinya karbon dioksida di atmosfer akan makin banyak, suhu makin tinggi dan laju kenaikan permukaan laut semakin meningkat.”

Mangrove melindungi pesisir dari topan ganas, naiknya permukaan laut dan tsunami. Kawasan bakau juga menyerap karbon yang dapat meningkatkan suhu bumi dari atmosfer, serta menyediakan tempat tumbuh kembang bagi anak ikan yang dapat menunjang pendapatan komunitas pesisir.

Menurut Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), kawasan mangrove mengalami kerusakan antara tiga hingga lima kali lebih cepat dibanding hutan biasa. PBB juga mengatakan lebih dari seperempat kawasan mangrove di dunia telah hilang.

Menilik sedimen yang terbentuk saat sebagian besar es di permukaan bumi mencair 10.000 tahun lalu, para peneliti memperkirakan skenario peluang bertahannya mangrove menghadapi laju kenaikan permukaan air laut akan ditentukan oleh tinggi rendahnya emisi karbon.

Para peneliti mengatakan apabila kenaikan permukaan laut melebihi 6 milimeter per tahun—diperkirakan akan terjadi jika emisi tetap tinggi hingga 2050—pertumbuhan mangrove akan menjadi sangat lambat, sehingga sulit bagi pohon bakau untuk mencapai ketinggian di atas gelombang.

“Kita tahu bahwa kenaikan permukaan laut tak dapat dihindari akibat perubahan iklim,” tutur Neil Saintilan, dosen jurusan ilmu bumi dan lingkungan di Universitas Macquarie, di Australia, yang memimpin studi tersebut.

“Namun belum banyak yang diketahui tentang bagaimana perbedaan laju kenaikan permukaan laut akan memengaruhi pertumbuhan mangrove, ekosistem yang penting bagi kesehatan bumi.”

 

Berdasarkan Perjanjian Paris 2015, sebagian besar negara di dunia berkomitmen untuk mempertahankan pemanasan global “jauh di bawah” 2 derajat Celsius (3,6 derajat Fahrenheit) lebih tinggi daripada periode sebelum revolusi industri, sambil berupaya mencapai batas bawah yaitu 1,5 derajat Celsius.

Jika limit ini dicapai, “angka 6mm ini tidak akan terlampaui di abad ke-21,” ujar Horton. “Jika rendahnya emisi di masa depan memenuhi [target] Perjanjian Paris, masalah ini tidak akan muncul.”

Penelitian tersebut, yang dipublikasikan pertama kali dalam jurnal Science, dapat membantu kelompok pelestari mangrove untuk melakukan langkah adaptasi dalam mempertahankan kawasan mangrove berdasarkan tingginya kenaikan permukaan laut di pesisir tertentu, dia menambahkan.

Salah satu pilihan, misalnya, adalah membiarkan mangrove menyebar secara alami ke daratan landai di kawasan pesisir, meskipun opsi itu mungkin akan menimbulkan masalah apabila sudah ada pengembangan perkotaan di wilayah tersebut, Horton menjelaskan.

“Kita dapat melihat bahwa di banyak kawasan pesisir tropis, masyarakat sedang berusaha memulihkan hutan mangrove,” katanya.

Namun “jika kita melihat ke depan, tidak cukup hanya memulihkan kawasan bakau yang ada, tetapi juga harus memberi ruang untuk mereka tumbuh.”

 

Artikel terkait:

As tides rise, Indian villagers find a friend in mangroves

Asian cities urged to bolster defence against rising seas

Protect coastal, island commuinties now as seas rise, scientists urge

 

(Liputan oleh Michael Taylor; disunting oleh Laurie Goering. Dalam mengutip harap sebutkan Thomson Reuters Foundation, divisi nirlaba Thomson Reuters yang mengangkat kehidupan orang-orang di berbagai penjuru dunia yang berjuang untuk hidup bebas dan adil. Kunjungi kami di: http://news.trust.org/climate)

Standar Kami: The Thomson Reuters Trust Principles.

Our Standards: The Thomson Reuters Trust Principles.

-->