×

Our award-winning reporting has moved

Context provides news and analysis on three of the world’s most critical issues:

climate change, the impact of technology on society, and inclusive economies.

Aktivis lingkungan muda mengingatkan: minyak sawit ‘berkelanjutan’ adalah omong kosong belaka

by Michael Taylor | @MickSTaylor | Thomson Reuters Foundation
Tuesday, 8 December 2020 13:27 GMT

Salsabila Khairunnisa berbicara dalam unjuk rasa bertema iklim di depan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di Jakarta pada 27 November 2020. Foto oleh: Dhemas Reviyanto

Image Caption and Rights Information

Meluasnya greenwashing dan manipulasi undang-undang oleh para pengusaha mengakibatkan gagalnya berbagai skema keberlanjutan, tutur seorang aktivis lingkungan tanah air berusia 17 tahun.

Oleh Michael Taylor

KUALA LUMPUR, 8 Desember (Thomson Reuters Foundation) — Minyak sawit ramah lingkungan yang berkelanjutan itu tak ada, kata aktivis lingkungan belia Selasa lalu. Penyebabnya adalah banyaknya pengusaha perkebunan yang kurang transparan, tidak berkonsultasi dengan masyarakat adat dan mengabaikan aturan yang telah disusun di dalam skema sertifikasi etis.

Minyak sawit adalah minyak pangan yang paling banyak digunakan di dunia, termasuk dalam berbagai produk mulai dari margarin hingga sabun. Namun minyak sawit mendapat sorotan dari aktivis lingkungan dan konsumen yang menuding bahwa produksinya menyebabkan kerusakan dan kebakaran hutan, serta eksploitasi buruh.

“Minyak sawit berkelanjutan itu tidak ada,” kata Salsabila Khairunnisa, 17, siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) yang turut mendirikan gerakan pemuda Jaga Rimba pada Maret tahun lalu.

“Yang harus dikritik adalah cara kerja perusahaan-perusahaan minyak sawit ini. Mereka memainkan taktik untuk menghindari teridentifikasi sebagai perusak lingkungan,” tutur Khairunnisa kepada Thomson Reuters Foundation melalui sambungan telepon.

Sebagai negara dengan kawasan hutan tropis terluas ketiga di dunia, Indonesia juga merupakan produsen terbesar minyak sawit, industri yang menjadi sorotan utama para pemerhati lingkungan.

Menanggapi kritik para pemerhati lingkungan tersebut, lembaga pengawas industri minyak sawit Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) memberlakukan aturan yang lebih tegas pada akhir 2018 yang mencakup larangan penebangan hutan dan konversi lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit.

Banyak pembeli minyak sawit partai besar membeli produk bersertifikasi keberlanjutan, di samping melakukan investasi teknologi yang membantu memonitor rantai pasok dan menghentikan deforestasi.

Meski demikian, tahun ini merek-merek global harus bekerja keras untuk memenuhi target yang ditetapkan satu dekade lalu, yaitu hanya membeli komoditas yang diproduksi secara berkelanjutan. Upaya-upaya “sertifikasi hijau” nyatanya belum menghasilkan perubahan menyeluruh pada rantai pasok.

Perdebatan mengenai keberadaan minyak sawit ramah lingkungan bukan hal baru. Dua tahun lalu, jaringan supermarket Iceland di Inggris menyatakan minyak sawit berkelanjutan tidak tersedia di tingkat peritel dan menghapus produk tersebut dari daftar makanan yang mengusung merek supermarket tersebut.

Tahun ini, produsen permen raksasa Australia Darrell Lea — yang menggunakan minyak sawit bersertifikasi RSPO — juga menghapus minyak asal kawasan tropis dari daftar bahan baku.

Pengusaha perkebunan sawit bersertifikat berkelanjutan kadang memiliki anak perusahaan yang beroperasi di luar aturan, tutur Khairunnisa.

Dia mendesak korporasi untuk bertindak lebih transparan dan selalu berkonsultasi dan memperoleh izin dari penghuni atau penduduk sekitar yang lahannya akan mereka kembangkan.

Pihak-pihak yang dituding melanggar aturan lingkungan harus segera ditindak oleh lembaga-lembaga sertifikasi, dia menambahkan.

RSPO tidak memberi tanggapan ketika dimintai komentar.

 

'BERTINDAK SEKARANG'

Khairunnisa yang tinggal di Jakarta awalnya tertarik dengan aktivisme lingkungan pada usia 13 tahun, ketika mulai mendaki gunung di dekat kampung halamannya di Jawa Barat.

Ketika melakukan pencarian di media sosial, dia menemukan kelompok yang berkampanye menentang perusakan hutan akibat kegiatan pariwisata berlebihan dan eksplorasi sumber energi di kawasan pendakian yang dia jelajahi.

Khairunnisa mulai berdebat dan berdiskusi tentang deforestasi di sekolah. Dia menggambarkan bagaimana musnahnya hutan di Jawa Barat menjadi salah satu penyebab banjir yang kerap dia dan teman-temannya alami di ibukota.

Khairunnisa dan teman-temannya juga menemukan kampanye yang dipimpin kelompok adat untuk melindungi hutan hujan Kinipan di Kalimantan Tengah dari ancaman ekspansi sawit.

Didorong keinginan untuk terlibat langsung, Khairunnisa turut mendirikan gerakan pemuda Jaga Rimba untuk berkampanye melawan deforestasi dan melakukan penelitian, sekaligus memberi wadah bagi remaja yang ingin membahas isu-isu lingkungan.

Para pelajar yang terlibat dalam Jaga Rimba berusia antara 14 hingga 22 tahun. Mereka bergabung dalam gerakan mogok sekolah mingguan, petisi daring, diskusi dan kampanye, serta ceramah dan lokakarya mengenai konservasi bagi sesama pelajar, ungkap Khairunnisa.

Meskipun Indonesia telah mengalami dampak perubahan iklim — berupa banjir dan kenaikan permukaan laut yang mengancam kota-kota dan kawasan pesisir — Globalism Project oleh YouGov-Cambridge pada 2019 menemukan bahwa 18 persen penduduk Indonesia yakin tidak ada kaitan antara aktivitas manusia dan perubahan iklim.

“Ini isu sangat penting karena kami yang akan paling merasakan dampaknya,” kata Khairunnisa. “Kita harus bertindak sekarang. Kita harus menuntut tindakan dari pihak penguasa.”

Khairunnisa, yang terinspirasi aktivis iklim seperti Greta Thunberg dari Swedia dan Mitzi Jonelle Tan dari Filipina, mengatakan bahwa Jaga Rimba kini berperan sebagai penasihat bagi kampanye pelajar menentang deforestasi di Sumatra, Kalimantan dan kawasan paling timur Indonesia, Papua.

Kampanye terakhir gerakan ini menyasar rencana Indonesia mengembangkan kawasan pertanian raksasa di Kalimantan yang bertujuan untuk mencegah kekurangan pangan. Jaga Rimba juga menentang rancangan undang-undang cipta kerja yang disahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Oktober lalu, yang telah ramai dikritik karena dapat melemahkan standar lingkungan.

Aktivisme  lingkungan Khairunnisa semakin diakui. Bulan lalu namanya tercantum dalam daftar 100 perempuan berpengaruh dan menginspirasi 2020 yang dikeluarkan oleh BBC.

Bagi Khairunnisa, hutan hujan tak hanya memainkan peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati dan menanggulangi perubahan iklim, tetapi juga “menghubungkan kita dengan nenek moyang dan identitas kita,” katanya.

“Di Indonesia kita hanya melihat hutan hujan sebagai obyek pasif yang bisa kita eksploitasi kapan saja. Tetapi [hutan] sebenarnya adalah sumber kehidupan kita,” katanya.

“Hutan tidak hanya kawasan yang penuh pepohonan dan keanekaragaman hayati. Hutan adalah juga hidup dan masa depan kita."

Artikel terkait:

Australian chocolate maker's ban on green palm oil disappoints industry

Mars achieves 'deforestation-free' palm oil - what about the rest?

Singapore set to become world's first sustainable palm oil nation

 

(Liputan oleh Michael Taylor @MickSTaylor; disunting oleh Laurie Goering. Dalam mengutip harap sebutkan Thomson Reuters Foundation, divisi nirlaba Thomson Reuters, yang mengangkat kehidupan orang-orang di seluruh dunia yang berjuang untuk hidup bebas dan adil. Kunjungi kami di: http://news.trust.org)

Our Standards: The Thomson Reuters Trust Principles.

-->